A. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).
Diabetes
Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 :
1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes
Melitus sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa (gula sederhana) didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Fauzi, 2014 : 70)
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada
3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a. Diabetes tipe 1
Diabets
tipe 1 ini sering disebut Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes mellitus yang bergantung
pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada
orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki
diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan
remaja (Fauzi, 2014 : 73).
b. Diabetes Tipe 2
Penyakit
diabetes tipe 2 sering juga disebut Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa
bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai
penyakit kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes
tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90 %
hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini
paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan
cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).
c. Diabetes jenis lain
Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan
diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya pada saat
hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
3. Etiologi
a.
Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan
dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas untuk
memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai
berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :
1)
Keturunan atau genetik
Jika salah satu atau kedua
orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut akan beresiko
terkena diabetes.
2)
Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh
mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam
kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan
sel-sel yang memproduksi insulin.
3)
Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang
menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat
insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan
seseorang menderita diabetes.
b.
Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)
Diabetes
tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup.
Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak
akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat
membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula
dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi,
2014 : 75-76).
1)
Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara
sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih
tinggi.
2)
Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang
tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara
maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3)
Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah
yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya,
tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.
4)
Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat
badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti
kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas secara
habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai
energi.
c. Pada diabetes jenis lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi,
obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 :
4).
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak
terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapt
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosauria). Ketika glukosa yang
berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu
menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi
sehingga dapat menyebabkan syok.
Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan
kalori, menganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya
terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan kurangnya sel untuk
mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat meningkatnya asam
lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum meningkat. Keadaan
dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis.
(Nurarif, 2013)
5. Tanda dan gejala
a.
Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1)
Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum
terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas dan banyak
kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
2)
Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak
makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk
kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah
tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan
sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar
sel-sel dapat berfungsi
3)
Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan
penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang banyak kencing yang
sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada kondisi ini
ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam
darah.
4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal
yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
b. Gejala kronik yang sering timbul adalah :
a.
Kesemutan
b.
Kulit terasa
panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
c.
Rasa tebal di kulit
d.
Kram
e.
Mudah lelah dan marah
f.
Mudah ngantuk
g.
Mata kabur
h.
Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
i.
Seksual menurun
j.
Pada ibu
hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi
BB lahir lebih dari 4 kg.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam
darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah setelah puasa.
1)
Kadar
gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.
2)
Kadar
gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3) Kadar
gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl.
Kadar
glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan
orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah
setelah makan 2 jam.
1)
Kadar
gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.
2)
Kadar
gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
3) Kadar
gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl (Fauzi, 2014
: 77-78).
b. Tes toleransi glukosa (TTG)
Menunjang (lebih besar dari
200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang menunjang kadar glukosa
darah meningkat dibawah kondisi stress.
c.
Tes Glukosa Urine
Adanya
glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak
khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,
Persiapan
Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa
Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.
Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
Warna
|
Interpretasi: (1+) s/d ( 4+) mungkin/diduga DM
|
Hijau kekuningan dan keruh
|
Positif + (1+):
sesuai dengan 0,5–1% glukosa
|
Kuning keruh
|
Positif ++ (2+): sesuai dengan 1–1,5 %
glukosa
|
Jingga / warna lumpur keruh
|
Positif +++ (3+): sesuai dengan 2–3,5 % glukosa
|
Merah keruh
|
Positif ++++(4+): sesuai dengan > 3,5 % glukosa
|
d.
Tes HbA1C atau
tes A1C
Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan
salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula
darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan
gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini
dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar
untuk melakuakan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani.
Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi
untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol
(yang berarti kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan
hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat
ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam
satu beberapa minggu, maka kadar HbA1C
akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat
bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C
akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan
sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata
Kadar Gula Darah
HbA1C (%)
|
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
|
6
|
135
|
7
|
170
|
8
|
205
|
9
|
240
|
10
|
275
|
11
|
310
|
12
|
345
|
Kadar
HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%.
Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar
HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.
Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya
komplikasi, demikian pula sebaliknya
(Ernawati 2013 : 85-86).
7. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka
waktu pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK
(Koma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik
(HONK). (Ernawati, 2013 : 87-106).
1) Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat
darurat yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan
keadaan dimana kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60
mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak.
Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis,
yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila
glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari
beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas
progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan
dekompensasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau
relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang tepat karena
merupakan ancaman kematian bagi diabetes.
3) Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar
Nonketokik (HHNK)
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga
beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi
insulin namun relative defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien
lansia yang tidak menyadari mengalami DM atau mengalami DM dan disertai dengan
penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya
seperti infeksi (pneumonia, sepsis,
infeksi gigi).
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
a) Penyakit Arteri Koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner
merupakan salah satu komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada
penderita DM disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu yang
lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia,
hiperamilinemia, disliedemia, gangguan system koagulasi dan
hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM,
namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler. Pasien yang mengalami
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh serebral atau pembentukan emboli
ditempat lain dalam system pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan
terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat
mengakibatkaan iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan,
bicara pelo dan kelemahan.
c) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga
tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM
cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami
berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat
atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada
ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren yang berakibat
amputasi pada pasien DM.
2) Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama
terjadinya retinopati diabetik.
b)
Nefropati
diabetik
Nefropati diabetik merupakan
sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (<33
mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga enam bulan.
Penyandang DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda penyakit renal setelah
15 hingga 20 tahun kemudian, sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita
penyakit renal setelah menderita 10 tahun kemudian.
c) Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada
penderita DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013
:106-120)
8. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala,
mengusahakan keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya
komplikasi. Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan
(edukasi), perencanaan makanan, latihan jasmani dan obat hipoglikemik. Tujuan
pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. (Waspadji dan sukardji, 2004 :
5)
a.
Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/
gejala diabetes sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.
b.
Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai
komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun
pada susunan saraf (neurofati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan
mortilitas.
Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa
mempertahankan control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya
kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes
adalah sebagai berikut :
1)
Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl
Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl
dan HbA1c : 4 -6,5.
2)
Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl
Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl
dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.
a. Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi
diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
dalam pengelolaan diabetes yang diberikan pada setiap pasien diabetes.
Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling
tidak adalah sebagai berikut :
1)
Apakah diabetes itu?
2)
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes
dan upaya-upaya menekannya.
3)
Pengelolaan diabetes secara umum.
4)
Perencanaan makan dan latihan jasmani
5)
Obat-obat hipoglikemik
6)
Komplikasi diabetes
7)
Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik
8)
Pemeliharaan kaki.
b. Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes
adalah sebagai berikut (Waspadji dan sukardji, 2004 : 6) :
1)
Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam
batas-batas normal.
2)
Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak
dan remaja, ibu hamil dan janinnya.
3)
Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.
Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :
1)
Berat badan idaman : (tinggi badan - 100) - 10%
2)
Berat badan kurang
: < 90 %BB idaman
3)
Berat badan normal
: 90 – 110 % BB idaman
4)
Berat badan lebih
: 110- 120 % BB idaman
5)
Gemuk
: >120 %
Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT
(Indeks Masa Tubuh)
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) ²
a)
IMT yang
dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25
b)
Berat badan lebih bila IMT antara 25-30
c)
Obesitas bila IMT lebih dari 30
1) Menghitung Kebutuhan Kalori
Sebelum menghitung kebutuhan kalori
yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih dahulu harus diketahui
berapa berat badan ideal (idaman) seseorang.
Yang paling mudah dengan rumus Brocca :
|
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 7).
Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan <160 cm atau
Perempuan < 150 cm, Berlaku rumus :
|
Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan
Kalori
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Mengendarai mobil
|
Kerja rumah tangga
|
Aerobik
|
Memancing
|
Bersepeda
|
Bersepeda
|
Kerja Lab
|
Bowling
|
Memanjat
|
Kerja sekertaris
|
Jalan cepat
|
Menari
|
Mengajar
|
Berkebun
|
Lari
|
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan seorang pasien diabetes :
1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara
mengalikan berat badan idaman dengan sejumlah kalori :
a.
Berat badan idaman dalam kg X 30 KKal untuk laki-laki
b.
Berat badan idaman dalam kg X 25 KKal untuk perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari (lihat table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan,
dari yang ringan sampai yang berat.
1)
Kerja ringan :
tambah 10% dari kalori basal
2)
Kerja sedang :
tambah 20 % dari kalori basal
3)
Kerja berat :
tambah 40-100 dari kalori basal
2.
Tambahkan kalori sekitar 20-30 % pada keadaan sebagai
berikut :
1)
Pasien kurus
2)
Pasien masih tumbuh kembang
3)
Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui
·
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung
pada tingkat kegemukannya.
3.
Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya
lebih mudah. Tampak pada table itu bahwa seseorang dengan beerat badan normal
yang bekerja santai memerlukan 30 KKal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja
berat memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman. Dengan cara ini perlu
ditambah-tambahkan lagi.
-
Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu
pegangan sbb:
·
Pasien kurus :
2300-2500 Kkal
·
Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal
·
Pasien gemuk :
1300-1500 Kkal
Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa
|
kerja santai
|
Kerja sedang
|
Kerja berat
|
Gemuk
|
20-25
|
30
|
35
|
Normal
|
30
|
35
|
40
|
Kurus
|
35
|
40
|
40-50
|
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 5-12)
Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama :…………..
DATA
TB :…..cm à
BB ideal = 90% (TB – 100) kg =…..kg ……………..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160
cm, BB ideal = TB – 100 kg)
BB aktual = ……..kg à
Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = ……….kalori
(laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg …(b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ……..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b
=…………x………
=………..kalori (c)
Koreksi :
Umur . 40 thn à
-5% x c = -5% x ……… = -……...kalori
Aktivitas : ringan : + 20% x c=
+20% x…... = +……..kalori
Sedang : +30% x c=
+30% x …. = + …….kalori
Berat badan : gemuk à
-20% x c = -20% x ….= ….kalori
Kurus à
+20% x c = +20% x…=…...kalori
Total
kebutuhan =……kalori
DIET : DM
……kalori
|
(Waspadji
dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)
2) Komponen gizi pada diabetes
Menurut Waspadji dan sukardji, 2004, diantaranya
Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah
meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang berserat tinggi)
seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang
berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap
harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika
dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah
Lemak
Pembatasan asupan total
kolesterol dari makanan hingga < 300
mg / hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar
kolesterol serum yang berhubungan dengan
proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita
diabetes
Protein
Makanan sumber protein nabati
(misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi
asupan kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara
fisis dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak
larut.
3) Pemanis pada diabetes
Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol,
manitol, xylitol,s akarin, siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori
hanyalah sukrosa dan fruktosa. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi
atau malah dihindari. Yang lain tidak ada atau sangat sedikit kalorinya. Karena
ada petunjuk karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan siklamat
sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah
terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam
bumbu masakan (Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).
c. Latihan jasmani
Menurut Waspadji dan sukardji
(2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang
peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur
pada diabetes antara lain adalah
1) Memperbaiki
metabolisme
2) Meningkatkan
kerja insulin
3) Membantu
menurunkan BB
4) Meningkatkan
kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5)
Mengurangi penyakit kardioaskule.
Prinsip latihan jasmani bagi
penderita diabetes meliputi :
1)
Continuous
Misalnya
jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa istirahat
selama 30 menit.
2)
Rytmical
Misalnya
jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis
atau badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3)
Interval
Misalnya
jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4)
Progressive
Latihan
dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga
sedang.
5)
Endurence
Seperti
jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)
d.
Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan
program makan dan latihan jasmani teratur; namun pengendalian kadar glukosa
darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun
insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan gangguan
hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam bentuk golongan :
1.
Golongan sulfonilurea
Diberikan pada DM tipe 2 yang
tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan utama pada pasien
dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang
berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga sulfonilurea
yang waktu kerjanya panjang (klorpropamid, glibenklamid) sebaiknya dihindari.
2.
Golongan biguanid (Metformin)
Diberikan pada DM gemuk,
mempunyai efek utama menurunkan puncak glikemik sesudah makan. Oleh karena itu
prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki ambilan glukosa perifer, juga
menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan
pemberiannya pada setiap mulai makan.
3.
Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)
Pada diabetes dengan kadar
glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi. Efektif untuk menurunkan
absorpsi glukosa.
4. Insulin
Dberikan pada DM tipe 21,
ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat badan menurun cepat, DM
hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja utama insulin yaitu
menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik dan
terjadi penurunan kadar glukosa didalam darah
(Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)
B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu
rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai
anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
- Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data
yang diperoleh dari pengkajian
a.
Berkaitan dengan keluarga
1)
Data demografi dan sosiokultural
2)
Data lingkungan
3)
Struktur dan fungsi keluarga
4)
Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5)
Perkembangan keluarga
b.
Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1)
Fisik
2)
Mental
3)
Emosi
4)
Sosio
5)
Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan
tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a.
Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan. Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui
fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab dan factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b.
Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1)
Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2)
Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3)
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung
(negative) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6)
Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan?
7)
Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga
keshatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang
kesehatan yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah
kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami
anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan,
dan cara perawatannya)
2)
Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu
dilakuakan anggota keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan
fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki
keluarga (anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber
keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit atau membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang
:
1)
Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh
keluarga disekitar lingkungan rumah.
2)
Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap
keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
4)
Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit
yang dapat dilakukan keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan
memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e.
Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas
pelayanan keshatan yang dapat dijangkau keluarga.
2)
Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan.
3)
Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan
petugas keshatan melayani.
4)
Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5)
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
dan bila tidak dapat apakah penyebabnya?
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah
(Mubarak, 2012) :
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala penyakit Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus.
- Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
- Menentukan Diagnosa Keperawatan
Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus
menyusun prioritas masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel
2.5 berikut.
Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1.
2
3
4
|
Sifat masalah :
· Tidak/kurang
sehat
· Ancaman
kesehatan
·
Krisis
Kemungkinan masalah dapat diubah
·
Dengan mudah
·
Hanya sebagian
·
Tidak dapat
Potensi masalah
untuk diubah
·
Tinggi
·
Cukup
·
Rendah
Menonjolnya masalah
·
Masalah berat harus ditangani
·
Masalah yang tidak perlu segera ditangani
· Masalah tidak
dirasakan
|
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
|
1
2
1
1
|
Skoring
1)
Tentukan skor untuk
setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka
tertinggi dan kalikan dengan bobot
3)
Jumlahkan skor untuk
semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan
sama untuk seluruh bobot
- Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan
mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi
dengan criteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes
Melitus yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit Diabetes
Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal
masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara
lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan
penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
1)
Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
2)
Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes
Melitus.
3)
Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah
tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari
Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga
dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga
dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga
dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
Intervensi:
1)
Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
2)
Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus .
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran :
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga
dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga
dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes
Melitus.
Standar : Keluarga
dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes
Melitus secara tepat.
Intervensi:
1)
Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
Diabetes Melitus.
2)
Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet
yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau
memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan
terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah
tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit
DM.
Tujuan : Keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan pencegahan
setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga
dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses penyakit
Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus
.
Intervensi :
1)
Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit Diabetes Melitus misalnya :
a)
Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b)
Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung
tangan.
c)
Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
2)
Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan.
e.
Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga
yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah
tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga
dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga
dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga
dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan
pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan Diabetes Melitus.
- Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Mellitus, yaitu :
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
1)
Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
2)
Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit
Diabetes Mellitus.
3)
Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
1)
Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes
Mellitus.
2)
Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
1)
Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
Diabetes Mellitus.
2)
Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat,
diet yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
1)
Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko
kecelakaan misalnya benda yang tajam.
2)
Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung
tangan.
3)
Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
4)
Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan.
- Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
1)
Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.
- Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil
maka perlu disusun rencana baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:
a.
Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
penyakit Diabetes Mellitus.
b.
Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
c.
Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d.
Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan.
e.
Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan
yang tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR
PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan
Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes
Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin
huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action,
Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar