A.
Definisi
konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering
disebut mata merah. ( Brunner & Suddart, 2000 )
Konjungtivitis
lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau
peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih
pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.Konjungtivitis terkadang
dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan
biasanya menyebabkan mata rusak.Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang
dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.(Effendi, 2008).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi
atau respon alergi. (Corwin, 2001).
Konjungtivitis adalah keradangan blateral konjungtiva
yang beruang menurutmusim dengan gambaran spesifik hipertrofi papilerdi daerah
tartus dan limbus (Soewono,1993:39)
Konjungtivitis
(konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia
(Anonim, 2009).
B.
Anatomi Fisiologi
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). 3 Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1.
konjungtiva
palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2.
konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian
permukaan anterior bola mata).
3.
Forniks (bagian
transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola
mata)
Meskipun konjungtiva agak tebal,
konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat
digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah
dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang
memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
C.
Etiologi
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal :
1)
Bisa bersifat infeksius
-
Bakteri
-
Klamida
-
Virus
-
Jamur
- Parasit
2)
Imunologis (alergi)
3)
Iritatif
- Bahan kimia
- Suhu
- Listrik
-
Radiasi (mis. akibat sinar
ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit
sistemik.
Kebanyakan
konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya
toksis atau kimia.
(Brunner
dan Suddarth, 2002).
D.
Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Hiperemia
(kemerahan)
3. Edema
4. Pengeluaran air
mata
5. Gatal
6. Terasa ada benda asing
7. Rasa terbakar
8. Pembengkakan
kelopak mata
9. Secret mata dan
kadang-kadang panas
(Brunner
dan Suddarth, 2002).
E.
Klasifikasi
1. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis.Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
Gejalanya,
dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada
awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau
mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu
dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari.Eksudasi lebih
berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.Dapat ditemukan kerusakan kecil pada
epitel kornea.
2. Konjungtivitis Bakteri
Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat
menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam
penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
Sering
disertai urethritis.Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala
lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat
kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri.Diplokokus
gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret.Pasien
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah
akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga
disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam
24-48 jam.
Gejalanya
: Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda
asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak.Konjungtiva dapat menjadi
kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.Konjungtivitis dapat disertai adenopati,
demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
4. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan
berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan
atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik
golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair
spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan
dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara,
yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin..Pasien dengan
konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau
alergi spesifik (misal terhadap kucing).
Tanda dan gejalanya :
a. Mata gatal
b. Panas
c. Mata berair
d. Mata merah
e. Kelopak mata bengkak.
f. Pada anak biasanya disertai
riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma.
g. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis
purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).
Blenore neonatorum merupakan
konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a. Gonococ
b. Chlamydia ( inklusion blenore )
c. Staphylococus
Masa inkubasi bervariasi antara 3 –
6 hari
Gonore
: 1 – 3 hari
Chlamydia
: 5 – 12 hari
Tanda – tanda blenore adalah sebagai
berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita
penyakit GO.
b. Merupakan penyebab utama oftalmia
neonatorum.
c. Memberikan sekret purulen padat
sekret yang kental.
d. Terlihat setelah lahir atau masa
inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
e. Perdarahan subkonjungtiva dan
kemotik.
F.
Komplikasi
Konjungtivitis
Penyakit radang mata yang tidak
segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada
mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis
yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis
kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,
trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis
purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis
membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan
perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama-
kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal
adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.
G.
Penatalaksanaan
1.
Konjungtivitis
Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi,
dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol,
folimiksin, dll.selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang
baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4–5 kali sehari.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4–5 kali sehari.
2.
Konjungtivitis
Bakteri Hiperakut
Penatalaksanaan keperawatan:
a. Pasien
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam
fisiologik setiap ¼ jam.
b.
Kemudian
diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan
di Rumah Sakit dan terisolasi
Medika mentosa:
a.
Penisilin
tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 – 20.000
unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
b.
Kemudian
salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep
penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
c.
Antibiotika
sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
d.
Pengobatan
diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut – turut negatif.
3.
Konjungtivitis
alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa
Kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit.Dokter biasanya
memberikan obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor dan pemberian
Astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah. Rasa sakit dapat
dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap
pelan-pelan dengan salin(garam fisiologis). Pemakaian pelindung seluloid pada
mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik
bagi mikroorganisme.
4.
Konjungtivitis
viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan
gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topikal.Tersedia bebas di
pasaran.Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5.
Konjungtivitis
blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis
blenore berupa pemberian penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret.
Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi
segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter
biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
a. Penisilin topikal tetes atau salep
sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam
pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda – tanda perbaikan.
b. Suntikan pada bayi diberikan 50.000
U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
c. Cara
mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir
dengan mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah
lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan
dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat
tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5%
atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di
sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan
kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi
saleb mata setelah 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan
upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
H.
Pencegahan
1.
Konjungtivitis
mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2.
Usahakan
untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3.
Jangan
menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain.
4.
Gunakan
lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
5.
Mengganti
sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
6.
Hindari
berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
7. Usahakan
tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
hindari mengucek-ngucek mata.
8. Bagi
penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan kotoran mata.
I.
Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya self
limited disease artinya dapat sembuh dengan sendirinya.Tanpa pengobatan
biasanya sembuh 10-14 hari.Bila diobati, sembuh dalam 1-3 hari.Konjungtivitis
karena staphilokokus sering menjadi kronis.
J. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
konjungtiva.
K.
PATOFISIOLOGI
lihat Pathway konjungtivitis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN KONJUNGTIVITIS
A. Pengkajian
1.
Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis
kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK.
2.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur
jenis kelamin, hubungan dengan klien, status perkawinan, agama, suku bangsa,
alamat.
3.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri,
rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang
dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu
keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur
terutama pada kasus Gonoblenorroe.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang
sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
4.
Pemeriksaan Fisik
a.
Kesadaran Umum
b. Pemeriksaan
fisik Khusus
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk
mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak
paling nyata pada fornix dan megurang ke arah limbus.
2) Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada
infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b. Berair/encer pada infeksi virus.
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar
seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7) Konjungtiva bulbi, injeksi
konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi
pneumokok. Kadang –kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil – kecil baik
di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau
virus.
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien
dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang
menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus/melihat halo.
B. Diagnosa
keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan pada konjungtiva.
2. Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakitnya
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan
yang terganggu
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang
kurang didapat.
C. Rencana
Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan pada konjungtiva.
Tujuan : nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang, dan klien tidak merasa
kesakitan
KH : Nyeri berkurang atau terkontrol
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti
nafas dalam dan teratur.
3. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang
4.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
|
· Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
·
Berguna dalam intervensi selanjutnya.
·
Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi
stressor yang berupa kebisingan.
·
Menghilangkan nyeri,karena memblokir saraf penghantar nyeri
|
2.
Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakitnya
Tujuan
: suhu tubuh klien dapat kembali dalam rentang normal
KH : Klien mengetahui batas normal suhu tubuh
Klien
mampu mengatasi hipertermi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. M
2. Jelaskan upaya
untuk mengatasi hipertermi
3. Memonitor tekanandarah klien
setelah klien melakukan pengobatan jika memungkinkan
|
·
Dapat
memberikan gambaran umum keadaan klien
·
Untuk
mengurangi hipertermi klien
·
Memastikan
tekanandarah klien tetapstabil
|
3.
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan
yang terganggu
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan persepsi sensori
berkurang atau hilang
KH :Pasien dapat melihat dengan baik, pasien tidak mengalami kesusahan waktu
melihat atau berinteraksi dengan orang lain.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji ketajaman penglihatan pasien
2. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama
klien
3. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang
telah dilaksanakan.
|
· untuk mengkaji sejauh mana pasien dapat melihat
· Mengawasi dan membimbing selama pengobatan berlangsung.
· untuk mempercepat dalam proses penyembuhan
|
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang
kurang didapat.
Tujuan: pasien
tidak dalam keadaan cemas maupun gelisah cemas
KH : Klien mengatakan
pemahaman tentang proses penyakitnya dan dalam keadaan tenang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
3. Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
|
· Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
· Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
· Memberikan perasaan tenang kepada klien.
|
- Kesimpulan
Jadi, konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal :
1) Bisa bersifat infeksius seperti oleh, bakteri, klamida, virus, jamur dan parasit.
2) Imunologis (alergi)
3) Iritatif seperti, bahan kimia, suhu, listrik dan radiasi (mis. akibat sinar
ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit sistemik.
Kebanyakan
konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya
toksis atau kimia.
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, konjungtivitis
terbagi menjadi beberapa tipe antara lain;
a.
Konjungtivitis
Bakteri
b.
Konjungtivitis
Bakteri Hiperakut
c.
Konjungtivitis
Viral
d.
Konjungtivitis
Alergi
e.
dan
Konjungtivitis blenore.
Manifestasi
klinis yang dapat ditimbulkan pada pasien konjungtivitis tergantung dari
penyebab dan tipe yang diderita.
- Saran
Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan
keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis, pembaca bisa mencari bahan
Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai konjungtivitis disitus-situs
internet dan buku-buku Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana N. (2004). Klien dengan Gangguan Penglihatan. Edisi 3.Jakarta : EGC
Buzanne C. Smeltzer
& Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan
medikal bedah volume 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar