“Nak, dulu bapak
seorang yang selalu beraktivitas ditengah terik matahari. Yaa.. bapak bekerja
tanpa dasi apalagi ada tanda pangkat dalam diri baik dipapan nama maupun gelar
dibelakang nama. Pada pagi hari bapak siapkan air dan sedikit nasi, dengan
semangat bapak langkahkan kaki karena malam harinya hujan turun lagi. Pasti
perairan sudah mengalir dan tanahnya sudah gembur untuk bertempur dengan si
besi tipis atau kaki bapak ini. Nak, kaki bapak ini entah sudah berapa ribu
langkah mengitari tanah becek itu. Belum lagi rasa gatal yang sudah tidak
dirasa lagi, bagaimana tidak? Binatang peliharaan kampung sebelah ikut juga
main becek-becekan bersama bapak, tapi dia juga yang turut membantu meringankan
kerjaan bapak waktu itu. Dipertengahan hari setelah menghabiskan bekal, bapak
teringat akan bibit yang telah bapak semaikan kurang lebih dua minggu yang
lalu. Perasaan bapak sangat bahagia melihat bibit itu sudah tampak hampir
menghijau semua, semakin meninggi dan semakin meninggi. Esok harinya tanah
gembur kemarin telah menjadi lumpur yang lembut. Terimakasih ya Allah karena si
hitam, karena air hujan, karena-Mu pekerjaanku selesai pada tahap
itu..AlhamdulillahTak lupa bapak ucapkan itu nak.
Disore hari bapak bersihkan lahan itu dari sisa rumput-rumput yang terlewat
kemarin. Lalu bapak ambil penggaris untuk membuat kolom dan garis kecil-kecil.
Ah seandainya lahannya sebesar halaman buku tentu penggarisnya pun cukup hanya
30 cm panjangnya. Tapi penggaris yang bapak gunakan waktu itu tentu lebih
besar.
Nak, bapak bercerita bukan tentang bapak, bukan karena bapak mengeluh atau merasa
kecewa.
Tapi, tentang arti dalam proses si keci ini (bibit-padi-beras-nasi)
jika bibit yang baru ditanam, bapak yakin orangtuamu akan selalu menjagamu dan
memperhatikanmu, memberikan kasih sayang yang penuh untukmu.
(terhenti sejenak)…………..
“Nak, ini sepenggal cerita bapak untukmu.Buang rasa lelahmu nak, itu hanya sementara. Semangat
Anakku”
Dan ada keindahan
ketika bapak memindahkan bibit yang sudah siap untuk dipindahkan pada setiap
sudut kotak-kotak diladang bapak itu, tertata rapih dan teratur. Ada harapan
besar bapak pada bibit itu,
harapannya……………..sambil menunggu mereka
(bibit-bibit itu) tumbuh tinggi, bapak
tak pernah absen untuk memberikan pupuk sesuai waktu dan jenisnya. Semakin
meninggi dan semakin meninggi, masih saja ada rumput-rumput dan serangga yang
menempel disekitarnya bahkan padanya. Bapak takut rumput itu mengganggu
pertumbuhannya. Bapak takut mereka akan tampak berbeda dengan yang lainnya,
akan tetapi selain itu ada yang lebih bapak takutkan selain dari rumput-rumput
itu yang bisa bapak singkirkan dengan tangan bapak ini. Ketakutan akan harapan
bapak yang bertolak belakang, ketika mereka padi-padi bapak mulai berbuah,
bapak takut dengan buah-buah mereka semakin banyak dan sedikit menguning, justru padi-padi bapak itu
tidak merunduk, mereka malah terus mengikuti pertumbuhan batang yaitu berdiri
keatas.Entah apa yang
harus bapak lakukan pada tahap ini, jika seperti ini?bapak telah
melakukan penyemaian, pengarapan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan dengan
harapan dapat memanen dengan hasil yang baik, bukan hanya untuk bapak nak.jika sudah
dipanen semoga padi-padi itu bisa sampai pada tahap menjadi beras hingga
menjadi nasi, dan sampai pada perut-perut manusia, yang tidak berahir di tempat
sampah karena hal ini pun kemungkinan bisa terjadi. Benar tidak nak?
bukan
tentang kaki bapak yang gatal,
rumput-rumput atau serangga yang menjengkelkan, padi bapak yang takut tidak
merunduk, ataupun nasi yang berahir di tempat sampah.
Jika kamu si
kecil itu nak, sudah pada tahap mana engkau anakkujika engkau
sedang tumbuh dan menghijau diladang, orangtuamu pasti juga akan terus menjaga,
memperhatikan, memberikan kasih sayang yang penuh untukmu.Jika sebentar
lagi engkau akan berbuah, ingatlah nak merunduklah…karena itu harapan bapak,
merunduk atau menengadahnya padi, semua orangpun tau yang mana yang berisi.jika sudah
menjadi beras, jadilah beras yang
berkualitas, yang tidak ditemani ribuan kutu karena engkau sama seperti orang
kebanyakan, tertimbun didalam tempat-tempatmu,. Padahal jika kau lihat diluar
tempatmu ada banyak orang yang memungut ceceranmu, ada yang harus menukarmu
dengan waktunya setengah hari, selalu begitu dan begitu.jika engkau anakku sudah pada tahap menjadi nasi
bapak berdo’a untukmu selalu agar engkau menyapa perut-perut manusia, bukan
hanya untuk mereka yang berdasi, atau mereka yang memiliki gelar diri. Tapi
untuk mereka juga yang tidak jauh
nasibnya dengan bapak, sapalah nak.kalaupun engkau
terjatuh tanpa ketersengajaan, semoga engkau menyapa perut yang akan menemanimu
dipiring. Sehingga engkau tetap menyapa perut-perut manusia walau prosesnya
lama.
bersabarlah nak,
karena inilah jalannya, inilah hidup, perlu proses untuk sampai pada tujuan
kita mungkin seperti harapan bapak.
Tidak selalu
mulus, ada saja kan?
Anakku.”Bapak pikir, bapak-bapak disanapun tak jauh dengan
harapan bapak, mungkin hanya berbeda sedikit, mungkin.
Sungguh bapak tidak lelah, buktinya bapak tak
pernah kehabisan keringat.Sungguh bapak bisa mengeluarkan keringat dari
mata bapak ini, jika engkau sudah mampu menyapa perut-perut itu nak,
Hah….kenapa, bukan keringat? Hehe mungkin keringat selalu mendominasi air yang
ada pada bapak tiap harinya tanpa jeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar