Sabtu, 09 Desember 2017

Kepoin aja dulu...

Berbagi manfaat, solusi masalah keluarga indonesia: https://youtu.be/hMshIXrqQZ0

Geser dikit mindsetnya

Mungkin aku dulu juga berpikirnya sama. Ah cuman dijadikan sasaran market, saya yang cape situ yang enak dan tambah kaya. Eits ternyata itu pikiran gak selalu bener, suudzon (berprasangka baik) lah terhadap orang lain.

Adakalanya orang mau berbagi, emang gak selalu diikuti dengan bentuk angka atau rupiah. Tapi berdasarkan historis (sejarah) ; sama rasa, sama-sama pernah ngalamin dan sama karena satu tujuan ingin merdeka dari segala bentuk ngehambur-hamburin waktu, tenaga dan pengeluaran.

Lelah itu bukan selalu karena kerja full selama 24 jam nonstop. Lelah itu bisa saja karena siklus yang gitu-gitu aja tanpa perubahan, bisa karena bergerak yang sangat sering tanpa disadari, dan waww sadar gak sih kita terkadang tidak memanfaatkan fasilitas yang ada. Tidak menggubris tawaran rekan, ahh paling keuntungannya buat dia.. yah bisa aja sih gk bersih 0%..tapi 99% dia "belajar". Belajar menulis, mempromosikan, membaca situasi dan kondisi serta mengambil manfaat dari tawaran yang ada.

Bukan hanya sekedar angka yang jadi tujuan.  Tapi bergerak beriringan dengan waktu, jika ada tawaran untuk mengurangi resiko, menyiapkan payung sebelum hujan atau pelampung sebelum banjir datang, mengelola dan berhemat saran saya sih rasional. Tegas bahwa ini kebutuhan, jangan malu untuk ambil start, awali saja dari detik ini juga agar tidak tertinggal, lepas atribut gengsi, open mindset berprasangkalah yang baik terhadap oranglain.

Kita punya waktu yang setiap harinya berkurang, sesuatu yang harus diresapi, diimani, disyukuri dan dijalani. Bukan untuk bersantai dan menjadi orang yang tertinggal. Jika orang sudah bergerak cepat, mengambil waktu luang untuk istirahat, kumpul bersama keluarga dan beribadah. Kamu masih sibuk berkeliaran diluar yang sebetulnya orang lain sudah selesaikan dengan tenaga oranglain atau varian aplikasi.

Seperti mengantarkan barang cukup dititipkan, memberi uang dikirimkan, memberikan hadiah dititipkan, baik dengan jasa atau via mesin.
Kitanya bisa fokus bekerja, istirahat, bersama keluarga dan beribadah lebih banyak. Tanpa harus banyak menghabiskan waktu untuk pergi-pergi keluar, menerjang hujan, berjalan dibawah terik matahari. Jika ada yang dapat mempermudah dan rasional kenapa tidak.

Solusi hadir bukan hanya dari pemikiran sesaat dan pendek. Tapi hasil dari pengalaman kebanyakan orang, pemikiran panjang, apa manfaatnya jika disarankan untuk dijalankan.
Solusi hadir dari pemikiran orang-orang yang peduli atas permasalan orang lain dan solusi hadir untuk perubahan juga untuk kemudahan ke depan.

Seperti orangtua yang memotivasi anaknya untuk sekolah dan memilih sekolah yang terbaik menurut mereka. Tentu karena ingin anaknya lebih maju, anaknya berilmu dan memiliki kemudahan dalam menjalani kehidupan dimasa mendatang..

Begitupun orang yang hadir membawa solusi, hadir karena ingin berbagi bukan hanya sekedar untuk rupiah atau merasa diri lebih dari oranglain tentunya. Yuk mengarah ke sana berpikir positif terhadap apapun yang menyapa kita baik dengan senyuman maupun datang dengan muka rasa cuka.
Hhaaa....

Kita percaya bahwa rezeki setiap orang berbeda-beda tidak akan tertukar, semisal market yang berdampingan tentu memiliki pelanggan masing-masing hingga keduanya tetap gelar tikar karena rezeki meraka jelas tak tertukar.

Yaps saling mendukung, saling berbagi agar kita sehat sejahtera. Semisal kita membayar iuran perbulan untuk berjaga-jaga jikalau kita sakit terus sampai hari ini kita masih diberikan kesehatan kenapa harus diperbincangkan niatkan yang baik dan berdoa yang terbaik untuk kesehatan kita jika kita tidak pernah mengenal kata sakit. Semoga jadi amal ibadah kita menolong oranglain yang sangat-sangat butuh biaya pengobatan.. waallahualam bisowab...saya hanya manusia yang sering hilap, dan banyak tidak taunya.

Semoga dalam setiap harinya bisa mengambil pelajaran, semakin banyak bersyukur atas nikmat iman, selalu diberikan kesehatan, semangat tetap terjaga, terus bergeser berubah kearah yang lebih baik, senantiasa merasa kerontang akan ilmu dan pengetahuan, merunduk dan merasa sejajar dengan sesama manusia ( tapi kalau 155 cm sama 173 cm sudah pasti gak sejajar,  tinggi badannya maksudnya gaes) berpikir postif terhadap oranglain serta selalu berada dilingkungan orang-orang yang penuh dengan kasih sayang. 😊

Selasa, 05 Desember 2017

JAUH, Kedua orangtuaku menerangiku dengan Ilmu, sementara aku hanya berusaha bagaimana listrik dirumah tetap menyala.

Ketika masih dibangku Sekolah Dasar listrik baru masuk kampung halaman kami, satu keluarga dengan tiga anak perempuannya..

Dari tiga anak perempuannya yang tersisa hanya si bungsu dan kakaknya karena si sulung ikut keluarga yang lain merantau ke jakarta selepas sekolah.

Beberapa malam awal masuk sekolah si bungsu belajar hanya diterangi lampu centir dan naas nya setiap pagi sebelum berangkat sekolah harus rajin bersihin hidung yang cemong, dan untuk kalian yang ditinggal dikota pasti ngakak banget bacanya. Itulah sedikit suka duka orang daerah yang semangat melanjutkan hidupnya dikota, untuk belajar, untuk bekerja tapi gak wajib untuk urusan jodoh hhhhhhaa yang nulis baper jadi kesitu ngomongnya...

INTERMEZOOO......😂

Yapz dimasa-masa itu yang bikin si bungsu dan kakaknya dirumah sering saling memotivasi. Kata si kaka ayo de belajar baca Al-qur'annya dilancarin awalnya dibaik-baikin, lama-lama kakaknya gereget dibacalah bagian ayatnya "unna" sebutnya lalu si bungsu ngikutin "unna"..."anu" diikutinya lagi oleh bungsunya itu "nani" lanjutnya..padahal anu dan naninya gak ada.hhhha ternyata nama nenek kakek tetangga sebelah..

Itu bukan soal keisengan satu dua kali, ketika sibungsu maen rumah-rumahan (Bepe,,,anak zaman now tau gk ya apa maenan Bepe 😂, maen gambar kertas anak cewe yang bisa ganti-ganti baju yang kepalanya suka sobek dan ditempel lagi pake selotip atau nasi, itu jadul banget). Kalau si bungsu berimajinasi bepe-bepeannya naik mobil dengan suara "ciuttt" sambil monyong-monyong si kaka dari kejauhan nambahin "ciahhhh"..."ciuttt...ciahhhh"...saling sahut menyahut..hhhhhaaaa😂 lagi lagi nama nene-nene seangkatan didekat surau kami belajar baca Al-qur'an..

Itulah sedikit cerita masa kecil dua dari anak perempuan orangtua yang tempat tinggalnya didesa. Lanjut cerita beberapa tahun si kaka dua-duanya sudah dibawa suaminya dan yang paling kecil masih kaya perangko kalau libur sekolah pasti nemuin kaka-kakanya.

"De kita minta no id kwh listrik rumah emak yaa kita bayar dari kejauhan kan bisa". katanya..

Sejak si bungsu lulus sekolah dan paham apa yang disarankan kakanya.. selain menelpon emak bapa dirumah untuk menanyakan kabar kami sebagai anak perempuan yang gak punya langkah lebar seperti laki-laki..

Kami punya keinginan kecil, bagaimana rumah kami didesa dimana bapa dan emak kedua malaikat kami diusia tuanya tinggal tetap terang tanpa pusing-pusing bayar tagihan, harus pergi-pergian, diberisikin sama suara nit nit nit token listrik bunyi...

Makanya kami biarin tetep pake listrik pasca bayar tanpa ikut kekinian, kasian lah mak harus galau karena alrem token, harus terpaksa romantis gelap-gelapan berdua eh bertiga sama si cucu karena token mati malem2. Didesa saya rasa masih belum maksimal kalau harus pake token apalagi untuk ukuran emak-emak sama aki-aki...
Pergi beli pulsa listrik
Pergi bayar listrik
Perbulan lagi. Kamu kapan yang emak bapanya jauh didesa atau pengen emak bapa gak ribet harus pergi-pergian bayar atau beli pulsa listrik. Handle bayar-bayar, handle lupa bayar yang dipadukan dengan zaman now yang kekinian... atuh kekiniannya  kearah sini, berlama-lama sama smartphonenya kesini.. sisihin penghasilanmu buat penerangan dirumah, bikin mak dan bapa bisa lancar kasih kabar kekita bisa jawab tanya kabar kita (kirim pulsa gitu) tanpa kamu nya juga gak harus ribet pergi....

Mau jadi generasi smart,??? Apa tetep mau pergi2an, sampe kapan??? nunggu orang pada pake dulu kamu mah belakangan aja.. Mau ?????...GRATIS gak berat ko.. klik http://desi.sobatbayar.com/