Senin, 04 Agustus 2014

Askep pada klien dengan konjungtivitis


A.    Definisi

konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Brunner & Suddart, 2000 )

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.(Effendi, 2008).

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001).

 Konjungtivitis adalah keradangan blateral konjungtiva yang beruang menurutmusim dengan gambaran spesifik hipertrofi papilerdi daerah tartus dan limbus (Soewono,1993:39)

Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia (Anonim, 2009).

B.     Anatomi Fisiologi

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). 3 Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1.      konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2.      konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3.      Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata)

      Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).

C.    Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal :
1)   Bisa bersifat infeksius
-   Bakteri
-   Klamida
-   Virus
-   Jamur
-   Parasit
2)   Imunologis (alergi)
3)   Iritatif
-   Bahan kimia
-   Suhu
-   Listrik
-   Radiasi (mis. akibat sinar ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit
sistemik.
Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya toksis atau kimia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).

D.    Manifestasi Klinis
1.      Nyeri
2.      Hiperemia (kemerahan)
3.      Edema
4.      Pengeluaran air mata
5.      Gatal
6.      Terasa ada benda asing
7.      Rasa terbakar
8.      Pembengkakan kelopak mata
9.      Secret mata dan kadang-kadang panas
(Brunner dan Suddarth, 2002).



E.     Klasifikasi
1.   Konjungtivitis  Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
       Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari.Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.

2.   Konjungtivitis  Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
Sering disertai urethritis.Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri.Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret.Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.

3.   Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
      Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak.Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.


4.      Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin..Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).
Tanda dan gejalanya :
 a. Mata gatal
b. Panas
c. Mata berair
d. Mata merah
e. Kelopak mata bengkak.
f. Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma.
g. Pada pemeriksaan laboratorium  ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
                               
5.      Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a.       Gonococ
b.      Chlamydia ( inklusion blenore )
c.       Staphylococus
Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari
Gonore                  : 1 – 3 hari
Chlamydia            : 5 – 12 hari


Tanda – tanda blenore adalah sebagai berikut:
a.       Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b.      Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c.       Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
d.      Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
e.       Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.

F.     Komplikasi Konjungtivitis

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang  tidak tertangani diantaranya:
1.      glaukoma
2.      katarak
3.      ablasi retina
4.      komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5.      komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6.      komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan  orang bisa menjadi buta
7.      komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.

G.    Penatalaksanaan

1.      Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll.selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai  antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4–5 kali sehari.
2.      Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Penatalaksanaan keperawatan:
a.   Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
b.      Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan terisolasi
Medika mentosa:
a.       Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 – 20.000 unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
b.      Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
c.       Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
d.      Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut – turut negatif.

3.      Konjungtivitis alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa Kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit.Dokter biasanya memberikan obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor dan pemberian Astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan  membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin(garam fisiologis). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

4.      Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topikal.Tersedia bebas di pasaran.Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala. 

5.      Konjungtivitis blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
a.       Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda – tanda perbaikan.
b.      Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
c.       Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
H.    Pencegahan
1.      Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2.      Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3.      Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain.
4.      Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
5.      Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
6.      Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
7.  Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

I.       Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya dapat sembuh dengan sendirinya.Tanpa pengobatan biasanya sembuh 10-14 hari.Bila diobati, sembuh dalam 1-3 hari.Konjungtivitis karena staphilokokus sering menjadi kronis.

J.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

K.    PATOFISIOLOGI
                   lihat Pathway konjungtivitis                             
                            

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A.    Pengkajian
1.      Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK.
2.      Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur jenis kelamin, hubungan dengan klien, status perkawinan, agama, suku bangsa, alamat.
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan   kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
b.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
4.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kesadaran Umum
b.      Pemeriksaan fisik Khusus
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:
1)      Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arah limbus.
2)      Kemungkinan adanya sekret:
a.   Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b.      Berair/encer pada infeksi virus.
3)      Edema konjungtiva
4)      Blefarospasme
5)      Lakrimasi
6)     Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7)  Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang –kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8)      Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
2.      Hipertermia berhubungan dengan  proses penyakitnya
3.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu
4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.


C.    Rencana Keperawatan

1.  Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
Tujuan : nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang, dan klien tidak merasa kesakitan
KH      : Nyeri berkurang atau terkontrol
INTERVENSI
RASIONAL
1.  Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2.      Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam  dan teratur.
3.    Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang



4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.  
·    Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
·       Berguna dalam intervensi selanjutnya.

·       Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.

·       Menghilangkan nyeri,karena memblokir saraf penghantar nyeri

2.      Hipertermia berhubungan dengan proses penyakitnya
Tujuan : suhu tubuh klien dapat kembali dalam rentang normal
KH      : Klien mengetahui batas normal suhu tubuh
 Klien mampu mengatasi hipertermi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      M
emonitor tekanandarah, nadi, suhu dan respirasi yang tepat.

2.     Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi

3.      Memonitor tekanandarah klien setelah klien melakukan pengobatan jika memungkinkan


·         Dapat memberikan gambaran umum keadaan klien

·         Untuk mengurangi hipertermi klien

·         Memastikan tekanandarah klien tetapstabil


3.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan persepsi sensori berkurang atau hilang
KH       :Pasien dapat melihat dengan baik, pasien tidak mengalami kesusahan waktu melihat atau berinteraksi dengan orang lain.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji ketajaman penglihatan pasien
2.  Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien
3.  Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang telah dilaksanakan.
·     untuk mengkaji sejauh mana pasien dapat melihat
· Mengawasi dan membimbing selama pengobatan berlangsung.
· untuk mempercepat dalam proses penyembuhan

4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.
Tujuan: pasien tidak dalam keadaan cemas maupun gelisah cemas
KH         : Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan dalam keadaan tenang.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
3.      Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
·       Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
·      Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
·    Memberikan perasaan tenang kepada klien.

  •       Kesimpulan

Jadi, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal :
1)   Bisa bersifat infeksius seperti oleh, bakteri, klamida, virus, jamur dan parasit.
2)   Imunologis (alergi)
3)   Iritatif seperti, bahan kimia, suhu, listrik dan radiasi (mis. akibat sinar ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit sistemik.
Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya toksis atau kimia.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, konjungtivitis terbagi menjadi beberapa tipe antara lain;
a.       Konjungtivitis  Bakteri
b.      Konjungtivitis  Bakteri Hiperakut
c.       Konjungtivitis Viral
d.      Konjungtivitis Alergi
e.       dan Konjungtivitis blenore.
Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan pada pasien konjungtivitis tergantung dari penyebab dan tipe yang diderita. 

  •      Saran
Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis, pembaca bisa mencari bahan Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai konjungtivitis disitus-situs internet dan buku-buku Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis.


             
DAFTAR PUSTAKA


Istiqomah, Indriana N. (2004). Klien dengan Gangguan Penglihatan. Edisi 3.Jakarta : EGC

Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah volume 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC