BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Barangkali
kita bisa sependapat bahwa dunia Sekolah merupakan kehidupan yang penuh daya
tarik dan tantangan, yang segala sesuatunya lebih terstruktur dan teratur. Sehingga
perjumpaan di kehidupan sekolah menjadi lebih marak, dan untuk sebagian siswa
sedikit membingungkan, Ada banyak sentuhan, singgungan, bahkan benturan
nilai-nilai yang perlu dihadapi, sementara ajakkan untuk berprestasi,
berinovasi dan berkiprah di banyak kegiatan amat menggoda. Sehingga pengisian waktu
menjadi amat krusial, selalu mungkin membawa pada keadaan yang mengandung
cekaman kepentingan, manakala kewalahan terjadilah kondisi cemas yang bisa menjadikan
kita stress.
Memahami kondisi kehidupan siswa
sebagaimana diuraikan di atas, maka tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa
pada hakikatnya ajakkan hidup siswa penuh dinamik, ragam tantangan, indah tetapi
juga mengandung cekaman, stress.
Olehkarena itu, manajemen stress sangat penting, agar siswa dapat mengatasi
berbagai cekaman yang dihadapinya. Siswa terikat pada sebuah peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Seperti adanya keputusan pemerintah untuk
melaksanakan Ujian Nasional (UN) standar kelulusan bagi siswa. Adanya kebijakan
pemerintah untuk melaksanakan UN tersebut, menjadi beban bagi pihak-pihak
terkait khususnya siswa. Mereka akan mengalami kondisi Stress dalam menghadapi
UN tersebut, dikarenakan kecemasan yang berlebih. Sehingga diperlukan manajemen
stress yang baik sebelum UN berlangsung.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat didefinisikan adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan stress?
2. Mengapa stress bisa terjadi?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan stress?
4. Bagaimana solusi ketika mengalami stress?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian stress.
2.
Untuk mengetahui bagaimana stress bisa terjadi.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stress.
4.
Untuk mengetahui bagaimana solusi ketika mengalami
stress.
BAB
II
PEMBAHASAN
Putri Ny.Diah Rina siswi kelas XII SMAN 47, Tanah Kusir,
Jakarta Selatan. Dia mengalami stress ketika akan menghadapi Ujian Nasional (UAN
untuk SMA tanggal 20-24 April 2009), belajarnya luar biasa rajin waktu itu,
tetapi lama-lama seperti ada tekanan
dalam dirinya. Perubahan dalam dirinya itu sejak duduk di bangku kelas
tiga SMA. Diakuinya, dia memang tidak tergolong anak terpintar di kelas.
Kecerdasannya
biasa-biasa saja, karena memang belajarnya tekun dan dia itu anak yang ceria.
Tapi, ketika mulai menghadapi UN, dia berubah.
untuk punya prestasi belajar itu perlu mengalami stress yang bukan karena
proses belajarnya, melainkan deg-degan karena takut tidak lulus.
UN benar-benar
mengubah pola hidupnya dan cara pandangnya
tentang belajar. Belajar adalah kegiatan mengerjakan soal-soal yang akan
dihadapinya di UN. Bukan seminggu, melainkan selama berbulan-bulan, sampai tiba
waktunya UN datang dan kian menambah beban stresnya.
Tujuan pendidikan
dengan adanya UN di akhir masa pendidikannya justru tidak memberikan apa-apa
kecuali nilai-nilai di atas kertas. waktu itu tidak ada passion
learning di dalam dirinya, melainkan stress learning. Dia
belajar dalam kondisi tertekan dan stres karena ingin lulus, bukan belajar
dengan penuh semangat dan keceriaan.
2.1 Pengertian Stress
Menurut
kamus besar bahasa indonesia, ada 2 pengertian stress:
1. gangguan atau kekacauan mental dan
emosional
2. tekanan.
Secara
teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian
Seseorang
terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan
orang bersangkutan. Stress is an
adaptive response to a situation that is perceived as challenging or threatening to the person’s
well-being.
Jadi
stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap stressor hal
yang dipandang sebagai menyebabkan
cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis),
baik internal maupun eksternal.
Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas
bahwa stress bersifat subjektif sesuai persepsi orang yang
memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum
tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
2.2
Faktor – faktor Penyebab Stress
Di sisi lain, stressor adalah sumber
yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi tekanan/cekaman
terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1.
Lingkungan
Lingkungan kehidupan
memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain:
- cuaca, kebisingan, kepadatan,
- tekanan waktu, standard prestasi,
berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
- tuntutan hubungan antar pribadi,
penyesuaian diri dengan teman, pasangan,dengan perubahan keluarga.
2. Fisiologis
Dari tubuh kita antara lain :
- perubahan kondisi tubuh: masa remaja;
haid, hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang
tidur, tekanan terhadap tubuh.
- reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman
& perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan
stress.
3.
Pikiran
kita
Pikiran
menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan
menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan
antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Menurut Selye (1984), stress bisa
dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut distress;
tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba
mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini
stressnya disebut eustress.
Lebih lanjut, sumber stressor tersebut
bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang penanganannya, yakni :
Pertama, Stressor
yang penanganannyaanya membutuhkan
sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu bangun pagi, diet,
dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan
baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah.
Kedua, Stressor
yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti
contohnya soal kepercayaan diri, persoalan hubungan, dimana diperlukan bantuan
teknikal untuk menanganinya, seperti percakapan kalbu, skill komunikasi,
manajemen konflik.
Ketiga,
stressor yang memang tidak dapat
ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka penanganannya, perlu
belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan
relaksasi, dan upaya spiritual.
Melihat kemungkinan sumber stressor di
atas , maka setiap orang potensial untuk mengalami stress. Namun demikian, ada
kelompok orang yang lebih mudah terkena stress, ada juga kelompok lain yang
lebih memiliki ketahanan terhadap stress.
Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa
setiap orang bisa mengalami stress, sesekali stress dalam kehidupan merupakan
‘bumbu’ hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi stress yang sering dengan
fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah
perlu lebih serius menanganinya.
2.3 Gejala Stress
Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara
mudah yaitu :
1. Gejala
Fisiologis
Denyut jantung bertambah
cepat, banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu,
otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung.
2.
Gejala Psikologis
Resah, sering merasa
bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan,
atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
3.
Tingkah
Laku
Berbicara cepat sekali,
menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, gemetaran, berubah nafsu
makan ( bertambah atau berkurang).
2.4 Dampak Akibat Stress
Dampak
stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik
dan dampak perilaku behavioral
1. Dampak Fisiologis
Secara
umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti :
mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan
atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit
yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
Secara
rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a.
Gangguan pada organ tubuh,
-
muscle
myopathy; otot tertentu mengencang/melemah
-
tekanan
darah naik; kerusakan jantung dan arteri
-
sistem
pencernaan; mag, diarrhea
b. Gangguan pada
sistem reproduksi
-
amenorrhea;
tertahannya menstruasi
-
kegagalan
ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria
-
kehilangan
gairah sex
c. Gangguan pada
sistem pernafasan
-
asthma,
bronchitis
d. Gangguan
lainnya, seperti pening (migrane), tegang
otot, rasa bosan, dst
2. Dampak Psikologis
•
Keletihan
emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya burn – out.
•
Terjadi
depersonalisasi ; Dalam keadaan
stress berkepanjangan, seiring dengan kelelahan/keletihan emosi, kita dapat
melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai
sesuatu ketimbang sesorang.
•
Pencapaian
pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses.
3. Dampak Perilaku
•
Manakala
stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah
laku yang tidak berterima oleh masyarakat.
•
Level
stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
•
Mahasiswa
yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau
tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.5 Cara Menangani Stress
1. Strategi Pencegahan
Untuk mencegah mengalami stress,
setidaknya ada 3 lapis.
a. Lapis pertama - primary prevention, dengan
cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu
memiliki skills yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu,
skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
b. Lapis kedua - Secondary prevention, strateginya
kita menyiapkan diri menghadapi stressor,
dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
c. Lapis ketiga - Tertiary prevention, strateginya kita
menangani dampak stress yang terlanjur
ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun
bantuan profesional.
2.
Menangani Stress
a. S , Study skills
Ada
banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan
yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress,
seyogyanya mahasiswa perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga
saya bisa belajar secara efektif tetapi juga effisien dalam menggunakan daya
dan waktu serta sumber lainnya.
b. T, Tempo – Time management
Selain
skill belajar, skill penting yang juga perlu Anda kuasai untuk menangani stress
adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut siswa perlu memiliki paradigma
waktu yang tepat.
c. Rehat - Rest (istirahat)
Tubuh kita by default memerlukan
jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana speeding up, tetapi juga
arif dan terampil untuk slowing down. Bila kita tidak memiliki
keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar
kemungkinan kita mengalami stress.
d.
Eating
& Exercise – Makan dan Olahraga Kebugaran
Tubuh
kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga‘exercise’ yang memadai,agar
bisa bugar. Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya
kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta
peralatan tersebut, Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa
yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.
e. Self-talk - Percakapan kalbu
Sejak
kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita
biasa mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakana kepada kita. Isi
percakapan itu bias positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga
negative, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan
arah percakapan dari kita kepada hati
nurani ataupun kata hati kita,
sehingga terjadi percakapan timbal-balik antarakita dengan diri kita. Dalam
hal menangani stress, kita perlu bisa
secara sadar meng-ganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimatyang
bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: stop-ganti yang
bisa kita latihkan di diri kita.
f. Social support - jaringan pendukung
Manusia
adalah makhluk sosial,
jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan tidak sendiri,
tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan
manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stress
sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap
punyapenghayatan tidak sendirian yang
sungguh mencekam. Itulah sebabnyadianjurkan kepada mahasiswa untuk
membangun dan merawat jaringan supporifnya
sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
2.6 Menangani
Cemas
Hadapi
Ujian
Cemas menghadapi ujian atau test adalah
salah satu bentuk stress yang lumrah dihadapi oleh hampir semua orang,
bagaimana kita sebaiknya menangani stress tersebut. Cemas hadapi ujian adalah
respons kita atas situasi ujian, respons yang kita peroleh dan ulangi sejak
kecil, yang seperti juga semua hasil perolehan belajar lainnya, respon tersebut
bisa diubah.
Kecemasan dalam kadar sedikit, tidak apa-apa,
malah bagus sebab bisa memotivasi kita untuk belajar lebih giat mempersiapkan
diri menghadapi ujian. Namun demikan, apabila kecemasan tersebut sudah
berlebihan, bisa menjadi distress, justru akan membuat prestasi kita
terganggu sebab kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Lebih parah, apabila
kecemasan ini kita pergunakan sebagai alasan ‘excuse’, maka hal itu akan
merusak kepribadian kita.
Cara mengatasi kecemasan ujian:
1.
Biasakan diri dengan situasi ujian, dengan cara
antara lain :
a. Kenali ruang dimana kita akan ujian
b. Belajar memadai, dan banyak berlatih
sesuai tipe ujian ( open-end, multiple choice ataukan essay ) yang akan dihadapi
c. Berlatih berprestasi dalam waktu
terbatas, seperti di ujian.
2.
Kendalikan emosi, pikiran dan tindakan
a.
Hindari kecenderungan meragukan diri ataupun
percakapan kalbu negative.
Apabila
kita memang ragu kurang menguasai bahan, tidak adacara lain cobalah belajar,
kuasai secara memadai. Selanjutnya apabila ada percakapan pikiran
negative, lakukan teknik ‘sop-ganti’ berikut
·
Metode ‘STOP Pikiran’
Kita
merasakan kecemasan karena kita dihantui oleh pikiran negative tentang
kesulitan/hambatan /ketidak mampuan atau ketidak berdayaan kita dalam ujian
nanti. Bahkan bisa saja kita dibayangi pikiran negative lainnya seperti, “ Wah saya pernah berbeda
pendapat dengan dosen itu, jangan-jangan dia masih sentimen….,dst”. Pikiran
negative ini akan memberi rangsangan kepada amygdala yang akan memicu
endokrin menimbulkan enzyme cortizol yang mengakibatkan rasa resah pada diri
kita. Selanjutnya rasa cemas ini akan meneguhkan bahkan menambah asosiasii
pikiran negative yang kembali dan dirasakan lebih resah dan cemas lagi. Jadi
strateginya adalah menghentikan pikiran negative tersebut.
·
Mengatur arus berbagai pikiran dan refocus
Kadang-kadang
ada banyak arus pikiran bergerak dalam mental/mind kita, simpang siur, saling
menyerobot. Oleh karenanya perlu diatur, perlu ditertibkan, dan difokuskan pada
satu pokok pikiran setiap saatnya. Perludicatat tidak selamanya kita perlu
mengikuti satu alur pikir ( linier ), kadang-kadang
diperlukan kita menyebrang alur (lateral) . Hal itu boleh boleh saja,
bahkan seringkali diperlukan untuk kerja kreatif. Akan tetapi tetap perlu
diupayakan tertib, focus pada satu gagasan, dalam hal ini hanya idea yang
relevan berkaitan dengan ujian. Gagasan lainnya, ditunda dan diberi jadwal
lain, tetapi perlu ditanggapi supaya tidak menganggu. Bila kita dapat mengatur
pikiran dengan lebih tertib, maka muncul-mya gagasan yang relevan akan menolong
kita lebih percaya diri, dan dengan demikian, merangsang muncul pikiran
iringannya.
b. Ramah dan beri diri kita dukungan moril
c. Berpikirlah realistic, ujian hanya
merupakan salah satu cara evaluasi, bukan segala-galanya
d. Berdamai dengan diri siap hadapi yang terburuk
~ tidak lulus ujian, bukanlah akhir segalanya, bukan kiamat.
3.
Persiapkan Fisik
a. Asupan nutrisi yang sesuai untuk situasi
ujian ( tidak terlalu kenyang, bergizi dan seimbang )
b. Cukup istirahat, relaks
c. Sebaiknya tetap lakukan exercise
seperlunya.
4.
Pelajari skill relaksasi yang amat menolong segera
a. Tarik nafas dalam secara teratur
Metode
ini merupakan teknik yang paling sederhana, yang bias menolong kita
menenangkan respons fisiologik/faal
yang ditimbulkan oleh perasaan kita.
b.
Teknik
Relaksasi lainnya seperti ‘progressive relaxation’
c. Bermeditasi, berdoa dan upaya spiritual
lainnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
MenurutKamusBesarBahasaIndonesia, ada 2
pengertian stress:
1. Gangguanataukekacauan mental
danemosional
2. Tekanan.
Secara teknik psikologis, stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang
dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan.
Ada 3 sumber utama penyebab stress, yaitu :
1.
Lingkungan; lingkungan kehidupan member berbagai tuntutan penyesuaian diri, antara lain:
- Cuaca, kebisingan, kepadatan,
- Tekanan waktu, standard
prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
- Tuntutan hubungan antarpribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2.
Fisiologis; dari tubuh kita
- Perubahan kondisi tubuh masa remaja; haid, hamil,
meno/andropause, proses menua,
kecelakaan, kurang gizi,
kurangtidur, tekanan terhadap tubuh
- Reaksi tubuh :reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan
stress.
3.
Pikiran kita;
pemaknaandiridanlingkungan
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita member makna/label pada pengalaman dan antisipasi kedepan, bias membuat kita relaks atau stress.
3.2 Saran
Harus ada persiapan mental dan perhatian khusus dari sekolah dan keluarga terutama dari orang
tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak didiknya sebelum UN berlangsung. Dengan adanya persiapan mental itu merupakan persoalan mendasar yang harus dimiliki melalui motivasi dan keyakinan diri seorang anak bahwa ia mampu melaksanakannya.
DAFTAR
PUSTAKA